Pendapat Para Ulama Mengenai Definisi Ikhlas
Ikhlas merupakan salah satu aspek penting dalam ibadah dan akhlak seorang Muslim. Para ulama telah memberikan berbagai definisi mengenai ikhlas, menekankan bahwa keikhlasan adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala amal perbuatan. Berikut adalah beberapa pendapat ulama mengenai ikhlas:
Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:
“Meninggalkan amal karena manusia itu riya’, beramal karena manusia itu syirik, sedangkan ikhlas adalah selamatnya dirimu dari keduanya oleh Allah Ta’ala.”
Definisi ini menegaskan bahwa ikhlas adalah bebas dari niat selain Allah, baik itu meninggalkan amal karena takut dilihat manusia maupun beramal demi mendapatkan pujian mereka.
Imam Al-Harith Al-Muhasibi rahimahullah berpendapat:
“Orang yang jujur adalah yang tidak peduli jika semua penghormatan terhadap dirinya hilang dari hati manusia demi kebaikan hatinya sendiri. Ia tidak suka amal baiknya diketahui oleh orang lain dan tidak membenci jika keburukannya diketahui.”
Hudzaifah Al-Mar’asyi rahimahullah menyatakan:
“Ikhlas adalah kesetaraan antara amal perbuatan seorang hamba di hadapan manusia dan ketika ia sendirian.”
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang ikhlas tidak membedakan antara amal yang ia lakukan di hadapan orang banyak dan amal yang ia lakukan secara pribadi.
Al-Ustadz Abu Al-Qasim Al-Qusyairi rahimahullah menjelaskan:
“Ikhlas adalah menjadikan Allah yang Maha Benar sebagai satu-satunya tujuan dalam ketaatan, yaitu keinginan hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa adanya motif lain, seperti mencari perhatian makhluk, memperoleh pujian, atau kepentingan duniawi lainnya.”
Abu Muhammad Sahl bin Abdullah At-Tustari rahimahullah menyampaikan:
“Orang-orang cerdas telah berpikir dalam menafsirkan ikhlas, dan mereka tidak menemukan makna lain selain ini: bahwa semua gerak dan diamnya, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan, hanya karena Allah Ta’ala, tanpa dicampuri oleh nafsu, keinginan, atau dunia.”
Definisi ini mengajarkan bahwa ikhlas adalah sepenuhnya menyerahkan segala amal kepada Allah tanpa campur tangan kepentingan pribadi.
Al-Ustadz Abu ‘Ali Ad-Daqqaq rahimahullah berkata:
“Ikhlas adalah menjaga diri dari perhatian makhluk, sedangkan kejujuran (ash-shidq) adalah bersih dari mengikuti hawa nafsu. Maka orang yang ikhlas tidak akan riya’, dan orang yang jujur tidak akan kagum terhadap dirinya sendiri.”
Dzun Nun Al-Mishri rahimahullah menyebutkan tiga tanda ikhlas:
Sama saja baginya pujian dan celaan dari manusia.
Melupakan amal baik yang telah dikerjakan.
Mengharapkan pahala amalnya hanya di akhirat.
Imam Al-Qusyairi rahimahullah juga mengatakan:
“Minimal dari kejujuran adalah kesamaan antara keadaan saat sendiri dan di hadapan manusia.”
Sahl At-Tustari rahimahullah menegaskan:
“Seorang hamba yang masih menipu dirinya sendiri atau orang lain tidak akan mencium bau kejujuran.”
Pendapat-pendapat ini menunjukkan bahwa ikhlas bukan sekadar niat baik, tetapi juga kesadaran untuk tidak terpengaruh oleh manusia dalam beramal. Semoga kita semua diberikan taufik untuk meraih keikhlasan sejati dalam setiap amal kita.